Waduh, topik ini sudah lama tidak di-update, jadi sudah lupa-lupa ingat pengalamannya dulu. Tapi berhubung saya orang yang bertanggung jawab, saya akan menyelesaikan apa yang sudah saya mulai.
Tapi sebelumnya, untuk yang mampir ke sini dari googling keyword “foto-foto cewek Uzbekistan”, bersiaplah untuk kecewa. Move along, guys. Tidak ada yang bisa dilihat disini. (yah…langsung pada pergi semua)
Eh ada ding. Udah habis tapinya. Ini doang.
Besoknya, saya dan rombongan jalan-jalan ke pasar tradisional walaupun nama kami bukan Sarimin. Nama pasarnya “Chorsu Bazaar”. Katanya sih pasar terbesar di Asia Tengah. Bentuk pasarnya mirip dengan di tanah air. Model lapak-lapak begitu. Bedanya mungkin cuma satu.
Yang jualan cakep abis.
Setelah dari pasar, kami jalan-jalan sekitar kota Tashkent dan mengunjungi “Taman Amir Timur” dan “Broadway Street Walk”. Taman Amir Timur bentuknya seperti taman di depan bangunan besar kuno yang ada air mancurnya dan Broadway Street Walk bentuknya seperti Mall Paris van Java di Bandung. Di taman, banyak yang foto-foto pre wedding. Sekitar 3 pasangan.
Kegiatan haram menurut MUI
Malamnya, kita menikmati hidangan tradisional khas Uzbekistan sambil disuguhi tari-tarian tradisional seperti di foto paling atas itu. Setelah makan malam, minum vodka.
Nambah-nambahin pahala buat yang lagi puasa.
Besoknya kita pergi ke Samarkand. Hore!! Samarkand merupakan kota terbesar kedua di Uzbekistan dan merupakan titik sentral jalan sutera antara Cina dan Barat. Hidup wikipedia! Perjalanan dari Tashkent ke Samarkand memakan waktu lima jam naik kereta api. Lima? seperti nama ibukotanya Peru..kayaknya pernah baca dimana gitu…. Anyway.
Perjalanan lima jam ditemani musik padang pasir yang disetel di audio central jadi tidak bisa dimatikan. Ow yeah!
Samarkand juga merupakan sentral untuk Islamic study. Ini dibuktikan dengan Madrasah Registan yang besarnya lebih dari Tunjungan Plaza.
Kompleks Madrasah Registan. Besar banget. Isinya dulu ruangan-ruangan belajar. Sekarang sih toko-toko suvenir.
Setelah itu kita pergi ke Masjid Bibi Khanym yang dibangun oleh Amir Timur untuk istrinya (Namanya Bibi Khanym. D’oh. Masih nanya lagi.) Hari gini bilang cinta ke istri cuma kasih perhiasan? Bikin masjid super gede dong! Contoh Amir Timur, Suharto, siapa lagi….. Taj Mahal itu.
Setelah puas mengitari Samarkand dan mengunjungi bangunan-bangunan bersejarah dengan arsitektur khas film Sinbad dan cerita seribu satu malam, kita kembali ke Taskent dengan kereta api yang sama (dan mendengarkan musik padang pasir non-stop selama lima jam lagi. yay!)
Besok paginya, kita pergi ke Gunung Chimgan yang puncaknya setinggi 3.309 meter dpl). Perjalanan sekitar 2 jam dari Tashkent tidak terasa membosankan karena pemandangannya bagus penuh bukit-bukit dan gunung-gunung.
Di tengah perjalanan (bukan di tengah jalan) ada PLTA dan bendungan dari danau yang airnya biru banget. Di pinggir-pinggir danau banyak tenda-tenda untuk berjemur seperti di pantai.
Keren ya…..foto modelnya maksudnya, bukan pemandangannya. hehe. Udah, iya aja biar cepat.
Sesampainya di Gunung Chimgan, untuk naik ke puncak gunung yang tinggi.. tinggi sekali dan di kiri – kanan nya jika dilihat saja banyak pohon cemara a a kita perlu menggunakan kereta gantung… Nah. ini dia masalahnya. Saya takut ketinggian. Jadinya ya sudah ceritanya sampai disini saja.
Tapi nggak lah, demi para pembaca yang sudah repot-repot membaca sampai sini dan benar-benar bosan di kantor/lab/rumah. Saya memberanikan diri foto-foto di kereta gantung yang tinggi sekali ditambah angin kencang dan bunyi tali bersenggolan dengan besi yang karatan. Cocok untuk jadi tantangan Fear Factor.
Not pictured : pipis di celana. Nggak sih, bohong. Beneran bohong.
Setelah dari gunung, kita pulang ke Tashkent dan acara bebas jalan-jalan di sekitar Taman Amir Timur dan Broadway Street. Saya pun pergi ke Mall untuk membeli oleh-oleh cokelat.
Bergaya di mall. (Pointless banget sih ini foto.) Biarin weeek! Sirik aja.
Setelah itu, kita langsung menuju Taskent International Airport. Sebetulnya, saya ingin membeli oleh-oleh makanan setempat di bandara. Tapi karena satu dan lain hal (alasan!) tidak jadi. Akhirnya cuma beli oleh-oleh coklat di duty free shop buat teman-teman di Yangojang (tempat ngumpul mahasiswa PKNU). Jadinya tidak ada oleh-oleh khas Uzbekistan buat masyarakat Yangojang. 죄송합니다.
Jadi begitulah, acara jalan-jalan saya di Uzbekistan. Semoga dari kegiatan saya ini dapat berguna bagi pembaca sekalian yang budiman dan sudah rajin membaca sampai habis. Kalau yang tidak membaca sampai habis tidak budiman.
uwooOOOhhhHHHH…
LikeLike
apa sih lu gum :p
LikeLike