Akhirnya, secara resmi saya bisa menggunakan kalimat-kalimat berikut:
“Eh tunggu dulu. Kayaknya ga gitu deh. Soalnya waktu gw kerja di luar negeri dulu….”
Hehehe. Cuma bercanda. Saya bukan orang yang norak seperti itu. Maafkan saya. Berikut adalah foto Bora dari girls group Sistar sebagai permintaan maaf.
Sudah satu minggu semenjak saya bekerja di sebuah perusahaan IT solution di daerah Seongsu, Seoul. Perusahaan yang sama yang pernah mewawancarai saya dua kali sebelumnya dan saya bahas di sini dan di sini. Artinya, sudah satu minggu juga saya berpisah dengan kota Busan tercinta.
Satu hal yang membuat saya kecewa saat berpisah dengan teman-teman di Busan adalah dalam bayangan saya, seharusnya perpisahan adalah saat-saat yang dramatis. Air mata disana-sini. Peluk sana peluk sini diiringi background lagu “Kemesraan ini…janganlah cepat berlalu…. Kemesraan ini…ingin ku kenang selalu….”
Yah, minimal mirip dengan yang dialami abang saya sewaktu saya dan teman-teman Indonesia di kampus mengantarnya ke Terminal Busan untuk naik bus ke bandara Incheon karena masa studi S2-nya sudah selesai. “Ya, vid (nama abang saya –red), mudah-mudahan nanti kita ketemu lagi di Indonesia ya”. Padahal setahun kemudian malah datang lagi ke Busan untuk mengambil S3. Yah. sudah capek-capek mengantar ke terminal, ketemunya malah di Busan lagi. Hehehe.
Tapi setidaknya ada acara peluk-pelukan dibanding yang saya dapatkan hanyalah : “Oh, mau pergi sekarang? Ya udah nanti telepon-telepon ya” atau “Ya nanti ketemu di facebook”. DAMN YOU TECHNOLOGY!!! Memang sih, Seoul-Busan cuma 4.5 jam naik bus. Naik KTX (kereta express) malah cuma 3 jam. Tapi setidaknya peluk-pelukan lah. Saya sudah lama tidak dipeluk 😦
Apa yang terjadi di lab bahkan lebih sangat tidak dramatis. Sewaktu saya mau pamit, salah satu teman lab bertanya (Saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia karena kalau verbatim, banyak grammar yang salah-salah. Nanti kan saya jadi malu)
A : Kapan kamu gajian?
B : Mmmm. Tanggal 20.
A : Kalau gitu, weekend setelah gajian, kamu harus ke Busan, beli hadiah buat professor dan traktir orang-orang lab makan malam.
B : Hah?? Beneran? Kenapa?
A : Because……
Tonight, we dine in hell….and you pay!!!
Yah begitulah. Anyway, kembali ke topik. Sebenarnya cerita minggu pertamanya tidak banyak, makanya ditambah-tambahkan side-story seperti di atas supaya post-nya kelihatan banyak.
Sewaktu saya datang ke perusahaan, saya menunggu di lobby sampai saya menemukan orang pertama yang berani membuat eye-contact dengan saya. Lalu saya jelaskan
“I am a new employee”.
“Ah. jamkanmannyo (tunggu sebentar)”, katanya sambil mempersilahkan saya ke ruangan meeting.
“Anjeuseyo. Cha han jan desilleyo? (Silahkan duduk. Mau minum segelas teh?)”.
“Ah..mul man juseyo (air putih saja).
Biasa saja, tidak perlu terkesima dengan kemampuan bahasa Korea saya yang super emeizing ini. (Padahal selain itu tidak tahu lagi)
Beberapa saat kemudian CEO perusahaan datang dan menemui saya. Setelah kita berbincang-bincang mengenai situasi ekonomi Indonesia (untuk saat-saat seperti inilah, berita-berita yang saya baca di detikFinance berguna), saya dikenalkan dengan seorang staff untuk kemudian diputar-putar ke seluruh kantor dan diperkenalkan dengan orang-orang lain.
Setelah mengulangi dialog chapter 1 di semua buku Korean class (Annyonghaseyo, jo nen Daniel ibnida, jo nen Indonesia e so wasseumnida. Bangapseubnida) selama puluhan kali, saya ditunjukkan dan dipersilahkan duduk di kubikel saya.
Seharusnya sih, kalau baru masuk kerja, pegawai harus memakai jas (THIS IS KOREAN MANNER!!!!). Tapi karena saya tidak punya manner, saya cuma pakai kameja biasa.
Berbicara tentang Korean manner, ternyata betul kata teman-teman di Busan. Di perusahaan di Korea, kita harus memanggil seseorang dengan jabatannya. Misalnya, Kim Byongwon adalah seorang manager (sajangnim), maka kita harus memanggilnya Kim-Sajangnim. Masalahnya ada banyak sekali jabatan-jabatan di suatu perusahaan. Sampai saat ini pun saya masih belum hapal. Ada kwajangnim, sajangnim, chajangnim, depyonim, sangmonim, dll.
Untuk setiap orang yang tidak termasuk dalam rombongan nim-nim tersebut, kita harus memanggil sonbenim (senior) karena mereka lebih dulu bekerja di perusahaan itu. Susah juga mencari segepok won ternyata.
Selanjutnya saya dibiarkan begitu saja sampai waktu makan siang dimana salah seorang pegawai mengajak saya makan bersama. Setelah makan siang di area sekitar kantor (5500 won untuk Kimchi Bogembab?? This is highway robbery!!) saya pun duduk lagi dan melanjutkan setting komputer saya sampai jam 6 sore yang merupakan waktu pulang.
Karena saya belum tahu siapa supervisor saya, saya hanya pamit ke orang terdekat dari saya dan beranjak pulang meninggalkan kantor. Setibanya saya di lift, saya dipanggil lagi oleh orang itu dan ditanyakan “Sudah pamit ke semua orang belum”
Hah??? Semua orang??
Iya, semua orang, Setiap mau pulang. THIS IS KOREAN MANNER!
Akhirnya saya masuk lagi ke kantor dan putar-putar sambil men-annyonghigyeseyo-kan semua orang yang peduli dan akhirnya saya bisa pulang dengan lega walaupun pagi ini belum buang air besar.
Keesokan harinya dan hari-hari selanjutnya sampai seminggu saya hanya dibiarkan begitu saja tanpa pekerjaan. Yah, begitulah minggu pertama saya kerja di Seoul. Sekian dan terima kasih sudah membaca sampai habis. Yang tidak sampai habis tidak terima kasih.
gila berat juga kerja di korea
dari dorama2 sih emang begitu ya, senioritas dan jabatanitasnya kentel banget
tapi kalo setiap pulang harus pamit ke semua orang… artinya lu ga boleh pulang cepet :))
LikeLike
ada untungnya sih pamit ke semua orang fi. jadi bisa liat yang manis2. hehe.
LikeLike
Mana coba yang manis? Klo di cerita2 Korea pan ada tuh company dinner, coba ntar diberitakan juga. =P
LikeLike