Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (1 – bersambung)

Sabtu kemarin saya baru saja membeli dua novel berjudul “Infinte Jest” dan “Lamb: The Gospel according to Biff, Christ Childhood Pal” di toko buku khusus buku bahasa Inggris di daerah Itaewon. Daerah Itaewon adalah daerah pertokoan di kota Seoul yang menjadi tempat berkumpulnya banyak orang-orang asing.

Sejak pindah lokasi kerja ke kantor klien satu bulan yang lalu, saya menekuni lagi hobi yang sudah lama saya tinggalkan yaitu membaca.

Random Internet Reader (RIR) : Gaya amat, hobi kok membaca.

Biarin, Weeek.

Lokasi kantor klien dapat ditempuh dalam waktu satu jam menggunakan subway. Jadi bolak-balik sekitar 2 jam. Daripada saya menggunakan waktu ini untuk melihat cewek-cewek mahasiswi dalam perjalanan dari dan menuju kampus (kos-kosan saya dekat dengan dua universitas yaitu Konkuk University dan Sejong University) dengan busana musim panas yang memperkuat aksen dari dua bagian tubuh yang sama dengan bagian dari ayam goreng yang saya gemari (hint: bukan sayap), lebih baik saya menyibukkan diri dengan membaca buku sambil sesekali curi-curi pandang. Jika berada di dalam ruangan, buku lebih baik untuk menyamarkan maksud dan tujuan daripada kacamata hitam (Daniel Niko, “Theory and Method of Perversion”, 2012).

Saya sudah membaca banyak sekali novel. Contoh : Dua dari “The Four Great Classical Novel in Chinese Literature”: Journey to the West dan Romance of The Three Kingdom (yang membuat saya akhirnya punya bahan pembicaraan dengan seorang cewek dari China yang satu gereja dengan saya), Musashi, Samurai : Jembatan Musim Gugur dan Kastil Awan Burung Gereja, Kisah Klan Otori, Hitchiker Guide to the Galaxy, dan masih banyak, banyak sekali yang lainnya. Termasuk chicklit dan teenlit punya adik saya.

Sebenarnya tujuan utama saya membaca banyak novel, selain karena hobi, juga karena saya ingin belajar supaya bisa menjadi penulis suatu saat. Kemudian saya sadar bahwa bulan ini, blog tercinta saya belum saya update. Jadi, untuk memenuhi resolusi saya tahun 2012 yaitu setiap bulan setidaknya menulis satu entry di blog, saya menulis tentang kegiatan yang saya hadiri selama tinggal di Seoul.

1. Kursus bahasa Korea

Walaupun saya sudah hampir dua setengah tahun tinggal di Korea, kemampuan bahasa Korea saya masih hanya cukup untuk bertahan hidup. Karena kendala bahasa pula, sampai sekarang saya masih belum pernah nge-date sama cewek Korea. Bukan karena tidak laku, melainkan hanya masalah komunikasi. (Bohong itu dosa, tapi kalau bohong sama diri sendiri itu namanya encouragement)

Jadi untuk mengatasi masalah bahasa, saya mengikuti kursus bahasa Korea yang diadakan oleh gereja tempat saya kebaktian Minggu. Kursus ini diadakan gratis dan diajar langsung oleh volunteer para warga gereja.

Sewaktu pertama masuk kelas, saya terkejut. Ternyata saya sekelas dengan cewek Jepang hontou ni kawaii desu. Langsung saja saya cek handphone untuk melihat sekarang tanggal berapa. Ternyata saya belum ulang tahun, tapi kok sudah dikasih hadiah. Seperti yang pernah saya tulis di artikel saya di poskamling tentang Kendala Mencari Pacar saat kuliah di luar negeri, ada tiga ukuran sukses dalam hidup saya yaitu gaji USD, istri Jepang dan tinggal di Indonesia. Sampai sejauh ini baru yang pertama yang kesampaian.

Saya punya ketertarikan dengan cewek Jepang dikarenakan pengaruh membaca dan menonton manga dan anime yang isi dan ceritanya patut diperdebatkan kesesuaiannya dengan norma-norma kesusilaan yang berlaku dan adat ketimuran yang mulia dan tanpa cela. Dalam novel, manga, anime dan dorama tersebut, diperlihatkan bahwa karakteristik istri Jepang adalah penurut pada suami sehingga membuat saya punya imajinasi berikut.

(Saya pulang ke rumah setelah capek kerja di kantor dan istri menyambut di depan pintu)

Saya : Tadaima. (Aku pulang)

Sebut saja namanya Otsu (yang juga nama pacarnya Musashi) : Okaeri (Selamat datang kembali), Anata, kamu terlihat capek (Sambil membantu melepas jas saya). Mau makan malam dulu atau mau mandi dulu? Supaya saya siapkan air panas.

Saya : Aku mau mandi dulu deh. Tapi mandinya sama kamu. Rawrrr! (Terkam)

Otsu : Kyaaaa~~

Random Internet Reader (RIR) : Hentai san!

Enak saja hentai. Saya bukan hentai. I am born this way (Lady Gaga mode).

Anyway, sampai dimana sih tadi. Oh iya, kursus bahasa Korea. Di dalam satu ruangan kelas hanya ada dua murid (saya dan si kawaii-chan) dan dua guru. Jadi kursusnya private tatap muka. Guru korea saya adalah wanita cantik dan baik hati berumur 34 tahun tapi masih terlihat 25 an. Profesinya? Pelukis dan ilustrator buku-buku bahasa Korea dan buku anak-anak. In short, she is absolutely amazing. Sayangnya, dia sudah punya pacar dan berencana menikah akhir tahun ini. Pacarnya fotografer merangkap pekerja kantoran. Mereka bertemu karena sama-sama punya hobi fotografi. Jadi buat teman-teman saya para jomblo yang akhir-akhir ini menekuni hobi fotografi, You are on the right track!

Setelah dua kali pertemuan, bu guru (sonsengnim) mengajak saya untuk menonton film bersama dia dan pacarnya. Songsengnim juga mempersilahkan saya untuk mengajak teman. Kesempatan ini saya gunakan untuk mengajak si kawaii-chan untuk nonton bareng. Akhirnya, hari Sabtu-nya kami berempat menonton Avengers. Setelah selesai film, kami berpisah dan saya hanya tinggal berdua dengan si kawaii-chan. Karena dia belum pernah ke Itaewon, saya mengajak pergi ke sana dan setelah putar-putar sekitar dua jam (yay!), kami pun pulang.

Tapi setelah hari itu, dua kali ajakan jalan-jalan selanjutnya tidak berhasil. Hiks T_T. Ya sudahlah. Setidaknya sudah mencoba. Seperti kata pak Mulyono, guru sejarah SMA saya. Kalau tidak mencoba nilainya 0, mencoba tapi gagal nilainya 1, mencoba dan berhasil nilainya 2. Semenjak kuliah S1 kalau dihitung-hitung, skor saya sudah 10 yang terdiri atas 10 kali 1. Kalau dipikir-pikir menyedihkan juga. But, such is life. C’est la vie. Urip yo ngono.

Yawis lah dilanjut bulan depan. Antiklimaks banget. Habisnya gagal sih.

Advertisement