Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (3–bersambung)

“Everything will be alright in the end. So if it’s not alright, it is not yet the end.”

The Best Marigold Exotic Hotel

Sudah empat bulan terakhir ini saya masuk dalam project online shopping mall. Project yang sangat menguras pikiran, tenaga dan waktu saya. Masuk jam 9 pagi, pulang jam 11 malam ditambah kerja lagi hari Sabtu dan kadang-kadang Minggu.

“Ini adalah Korean IT culture” jawab team leader saya ketika saya menanyakan waktu kerja yang kurang manusiawi ini.  Saya tidak punya waktu untuk melakukan hal lain selain kerja, kerja dan kerja. Ini juga alasan blog ini terbengkalai selama dua bulan terakhir.

Yang lebih parah lagi, di project ini tidak ada karyawan cewek nya. Karena team ini kerja langsung di kantor klien dan diberikan ruangan khusus, maka setiap hari hanya wajah-wajah dua cowok rekan satu team saja yang saya lihat. Ruangan kantor ini lebih gersang dari Gurun Sahara di musim kemarau ditambah global warming.

Karena selalu pulang malam, sepanjang jalan dari stasiun subway ke kos-kosan sudah dipenuhi dengan selebaran. Selebaran ini bukan tipe yang dibagikan ajumma di siang hari ke orang-orang lewat yang kemudian langsung dibuang di tong sampah melainkan selebaran tipe lain yang dibagikan malam-malam dengan cara seperti di video ini

Cara ini memang sangat efektif dalam menyasar target market yaitu ajoshi-ajoshi mabuk yang cuma melihat ke bawah sambil jalan sempoyongan.

Hmmm. Hanya dibagikan malam-malam dan targetnya ajoshi-ajoshi. Yup. Isi selebaran ini tepat seperti yang ada di benak para pembaca pria.

Pembaca pria : Gaya aja lu Tom, nulis para pembaca aja gitu. Pakai nambah pria segala. Bukannya semua orang yg baca blog lu ini pria kalau dilihat dari statistik pengunjung blog lu. Ini buktinya:

search terms

Masak ada yang ga tau artinya hunting foto. What is wrong with you people!!

Heran juga kenapa google bisa refer ke blog saya dengan keyword tersebut. Padahal mana ada sih blog ini menyinggung topik-topik yang ada di atas. Wanita korea bugil, kim hyuna bubble pop, gambar wanita seksi.

Anyway, layoutnya selebaran-selebaran ini biasanya sebagai berikut:

남자 마사지 (Pijat pria)

010-xxxx-xxxx

(Foto cewek seksi berbikini)

건국대 여학생! (Mahasiswi Konkuk Univ)

Selebaran ini membuat saya kecewa dengan dunia ini, terlebih kepada pembuat selebaran. Pembohongan publik. Foto cewek itu jelas bukan foto cewek Korea melainkan cewek Jepang.

Kok lu bisa tau Tom?

Hah. Anu. Soalnya ini artis film dewasa Jepang yang pernah main film di Indonesia. Saya pernah lihat foto wajahnya di detikhot. Saya tidak terlalu yakin sih karena foto di detikhot beda dengan yang di selebaran. Foto di detikhot pakaiannya lebih konservatif. Mungkin kalau saya lihat sekali lagi bisa yakin. Bentar, saya cari ke luar dulu.

Pembaca pria : Yang mana sih Tom, kan ada tiga tuh (Anjrit. kok gw bisa tau beginian sih. Malu gw sama diri sendiri)

Saya : Yang nama Jepangnya kalau dibahasa-inggriskan jadi “Blue Sky” yang kebetulan juga biasanya adalah merek barang-barang paling murah di Carrefour Blok M terakhir saya ke sana tiga tahun yang lalu. [Paling murah. Kipas angin Bluesky Rp 49.900]

Akal sehat : Ganti topik Tom! Nyokap lu kadang-kadang juga baca blog lu.


Selain bekerja, kegiatan saya adalah les piano di hari Sabtu sore seperti yang pernah saya tulis sebelumnya. Karena tidak cukup hanya latihan seminggu sekali, saya memutuskan untuk membeli piano digital sebulan yang lalu untuk latihan mandiri di rumah. Digital Piano, Casio CDP 120. Heran juga. Saya kira Casio cuma produksi kalkulator sama jam tangan Ternyata produksi digital piano juga toh. The more you know.

casio cdp 120

A happy customer is a walking advertisement“.  Sebagai salah satu dari happy customer, saya recommend digital piano ini  untuk pemula seperti saya. Sewaktu memilih digital piano yang pas, requirements dari guru les ada tiga, yaitu:

1. 88 Keys

2. Weighted keys. Jadi tutsnya ada beban ketika ditekan jadi mirip seperti piano betulan. Ini cukup penting sih, karena sensitivitas tuts bisa mempengaruhi dinamika lagu seperti piano, pianissimo, fortissimo, dll. Oh, sori kalau tidak mengerti. Istilah musik gitu deh. Susah menjelaskannya ke yang belum pernah belajar piano (menghidar dari timpukan tomat)

3. Pedal.

Progress sejauh ini sih sudah bisa sampai setengah buku Alfred Basic Piano Course level 1. Baru bisa main lagu ecek-ecek. Lagu yang kalau main di depan orang lain, tanggapannya cuma satu (Kelihatannya gampang. Gw yakin satu jam latihan aja bisa main lebih baik dari si Tom ini. Emang orang ga ada bakat musik sih dia ini, cuman ga enak mau ngasih taunya)

Jadi, masih jauh dari angan-angan saya untuk pergi ke “Jazz Club” di daerah Konkuk University. Waktu open jam session, main piano dengan anggota band sambil nyanyi “When I First Kiss You” nya “Extreme” terus ganti “New York City” jadi “Seoul City”.

“Ladies, please. Behave. There is enough of me for everyone.” Reaksi saya sambil dengan cool menanggapi cewek-cewek yang jejeritan terkesima dengan penampilan saya tersebut. “Cewek-cewek silahkan antri menurut marga. Yang “Kim” paling kiri, “Park” sebelahnya, “Lee” paling kanan. Sisanya di sebelah sini.

Motivasi saya belajar piano sangat tidak terhormat.

Advertisement

10 thoughts on “Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (3–bersambung)”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s