Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (edisi doljanchi)

Beberapa hari yang lalu saya mendapat email undangan dari pak Kwajangnim (nama jabatan 2 tingkat hirarki di atas saya) untuk menghadiri acara ulang tahun pertama putrinya (doljanchi – 돌잔치). Kwajangnim ini agak aneh karena sewaktu makan siang bareng ia sering cerita-cerita tentang hantu. Ternyata di Korea juga banyak cerita-cerita hantu (Gwisin – 귀신). Untungnya selama di Korea saya belum pernah ketemu hantu. Atau mungkin pernah, tapi hantunya susah untuk menakut-nakuti karena saya tidak bisa bahasa Korea.

Hantu : (Dalam bahasa Korea) Mas, boleh antarin saya ke kuburan ga mas?

Saya : Ah. Joesongheyo, hangug mal jalmotheyo (Maaf, saya tidak bisa bahasa Korea)

Sayangnya, acara 돌잔치(doljanchi) ini diadakan minggu pagi sehingga saya tidak ada teman untuk pergi bareng. Lagipula waktunya bentrok dengan jam les piano saya, sehingga saya memutuskan untuk tidak menghadiri acaranya.

Melanjutkan tulisan saya yang lalu tentang acara-acara yang saya hadiri di Korea, maka saya akan membahas tentang doljanchi atau ulang tahun pertama anak-anak.

2. 돈잔치 (donjanchi)

Doljanchi adalah perayaan ulang tahun pertama anak-anak. Walaupun yang berulang tahun adalah si anak, tapi yang menghadiri acara adalah kolega orang tuanya. Sepertinya karena si anak masih belum punya teman karena mainnya di rumah terus.

Acara biasanya (saya baru dua kali ke acara ini) diadakan di restoran buffet. Yay. Free food. Eh, tunggu dulu, di depan ruangan ada penerima tamu yang merangkap penerima amplop. Waktu itu saya memberikan sekitar 20000 won.  Jadi pepatah “There is no such thing as free lunch” itu masih relevan. Saat acara, seluruh keluarga mengenakan hanbok (pakaian adat Korea) sedangkan tamu berpakaian kasual.

Inti acara doljanchi adalah saat si anak dihadapkan dengan nampan berisi beberapa benda yaitu: uang, gulungan benang, pena. Benda yang diambil oleh si anak akan menjadi semacam ramalan kehidupannya di masa depan. Uang melambangkan banyak uang (d’uh), benang artinya panjang umur dan pena berpendidikan tinggi. Kalau tiga-tiganya tidak bisa karena tangannya masih kecil.

Sebetulnya tradisi ini lagi-lagi diadopsi dari kebudayaan Cina.

Pembaca : Ck. Korea. Kebudayaan jiplak Cina, smartphone jiplak Amerika, mobil, elektronik jiplak Jepang. Wajah operasi plastik. Apa sih yang asli?

Yang asli adalah Kim Tae Hee. Seratus persen asli tanpa operasi.

Kim_Tae-Hee

Tapi karena saya sedang mencari penghasilan di Korea, maka saya tidak boleh menjelek-jelekkan Korea. Eh tau ga sih loe, kalau Korea menempati urutan nomor 2 (di bawah Finlandia) dalam hal kompetensi pendidikan. Keren ya. Hidup Korea!!

Sementara itu, di Indonesia, kompetensi pendidikan bidang ilmu apapun adalah yang penting bisa mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

Guru : Mengapa bumi mengelilingi matahari?

Murid : Karena seperti itu diciptakan Tuhan!

Guru : Yak benar! Menurut kurikulum yang baru, jawaban kamu mencerminkan siswa yang kompeten.

kompetensi ini ipa

Kembali ke acara Doljanchi, saya tahu kalau acara ini diadopsi dari Cina karena disinggung dalam novel fiksi sejarah berjudul “Empress Orchid” yang pernah saya baca.

Novel ini mengisahkan tentang perjuangan seorang selir Kaisar Cina sehingga menjadi ratu. Dalam novel ini diceritakan bahwa Kaisar Cina mempunyai puluhan selir terpilih dan diseleksi oleh para kasim melalui kriteria-kriteria kekaisaran dari wanita-wanita seluruh Cina. Selir-selir terpilih tinggal di dalam istana terlarang (Forbidden Kingdom) dimana satu-satunya pria selain para kasim (secara teknis masih pria ga sih?) adalah sang Kaisar. Mereka berlomba-lomba untuk mempunyai anak dari sang Kaisar agar posisinya terangkat menjadi ratu.

Situasi ini bahkan lebih ekstrim dari imajinasi saya saat sedang melamun jorok. Padahal lamunan jorok saya cukup ekstrim, apalagi kalau sedang buang air besar dan lupa bawa smartphone untuk main Tower Run 2. (Sekarang sudah level 8. yay~)

Orchid, sang selir tokoh utama novel, menceritakan kalau Kaisar sering stress karena ia berhubungan badan dengan wanita yang berbeda setiap harinya. Wanita-wanita tersebut berlomba-lomba agar menjadi favorit kaisar agar sering dipanggil ke kamar kekaisaran sehingga mereka berbuat apa saja demi menyenangkan hati beliau. Semua, kecuali Orchid yang berani berbeda pendapat dengan sang Kaisar.

Tapi ini bukan novel porno, kok (sorry guys). Konflik utama adalah kemunduran kekaisaran Cina setelah invasi Barat pasca perang Opium dan peran Empress Orchid dalam menghadapi kaisar yang mati muda karena stress ditekan pihak asing dan mempersiapkan anaknya untuk menjadi kaisar selanjutnya.

Pembaca pria : Terus apa yang terjadi dengan puluhan selir yang lainnya, Tom

Mereka dipulangkan ke rumah masing-masing. Hehe. Nggak kok. Mereka dilupakan dan menjadi perawan tua yang tinggal di sisi tersendiri Forbidden Kingdom, menghabiskan waktu dengan menghayati ajaran agama yang dianutnya agar semakin kompeten.

By the way, dua kali saya menghadiri doljanchi, kedua anak memilih uang. Anak-anak saja tahu apa yang paling penting di kehidupan ini.

Kalau si anak kaisar pilih apa ya? Nanti deh saya baca lagi novelnya. Bab tentang kehidupan harem si kaisar tentu saja saya lewatkan.

Pembaca : Ini postingan tentang ulang tahun anak-anak malah isinya stensilan begini. Shame on you, Tom!

Advertisement

Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (7–bersambung)

Beberapa hari yang lalu, saya dan beberapa orang kantor pergi untuk “bersosialisasi” sambil pesta miras dan ayam goreng setelah kerja lembur di kantor (padahal besoknya masih hari kerja). Untuk melangsungkan aksi haram tersebut, kami pergi ke restoran ayam di lantai bawah gedung kantor. Peserta aksi termasuk saya, isanim (nama jabatan 5 tingkat hirarki di atas), 2 orang bujangnim (4 tingkat) dan seorang derinim (1 tingkat).

Pembicaraan awal sangat wajar, masih berputar sekitar pekerjaan dan kehidupan kantor. Dua ekor ayam kemudian, Isanim bertanya kepada saya : Di kantor kita, siapa cewek yang paling cantik? Setelah malu-malu sebentar, saya jawab nama si cewek_manis_kantor#2 yang sudah promosi jadi cmk#1 karena cmk#1 sebelumnya sudah resign. Jawaban saya langsung disambut dengan anggukan-anggukan dan ucapan “맞아, 맞아 (yoi, yoi)”. Bujangnim kemudian menimpali “Kakaknya pramugari Korean Air lho.” Wah. cmk#1 memang idola setiap pria di kantor.

Beberapa pitcher bir kemudian, kami pun pulang menuju stasiun metro. Di perjalanan menuju stasiun, kami bertemu dengan mbak_admin#1 yang baru pulang lembur. Langsung saja Isanim berinisiatif untuk melanjutkan acara 2-cha (sosialisasi  tahap 2) yang diikuti susunan peserta awal ditambah ma#1.

Saya pernah menulis di Kegiatan di seoul#3 tentang selebaran pijat pria di daerah tempat tinggal saya. Ternyata lokasi 2-cha melewati bangunan tempat bisnis yang ditunjukkan brosur tersebut beroperasi. Di depan bangunan ada seorang lelaki yang berdiri sambil menawarkan brosur yang sama ke orang-orang yang lalu-lalang. Sewaktu isanim dan bujangnim berjalan melewati lelaki tersebut, ia langsung menggandeng tangan mereka dengan gaya dan determinasi persis tukang jual DVD porno bajakan di daerah Glodok dan Mangga Dua.

“Barang baru bos!”, “Jepang punya bos! no ban  tiga.”

Pembaca : Sering mampir ya lu, Tom?

Nggak kok. Ada. anu. temen. cerita.

Btw, no ban itu dua puluh ribu kan ya? Jadi teringat dulu sewaktu SD tinggal di Pontianak menghitung 1 sampai 10 memakai bahasa Cina Pontianak. Tiociu atau apa ya, lupa saya. Tapi hitungannya masih ingat sampai sekarang : cek, no, sa, si, ngou, lak, cit, pot, kau, cap. Terus cap cek, cap no, dan seterusnya. Itu maksudnya no disitu sama dengan no bahasa Cina Pontianak bukan sih? Bingung saya. Lagipula ternyata bahasanya beda dengan bahasa Mandarin.

Metode hitung Korea juga mengadopsi Mandarin. Jadi di Korea ada dua macam metode hitung, Korea dan Cina. Kalau angka asli Korea dipakai untuk umur atau berapa buah. Pokoknya untuk angka yang kecil-kecil, sedangkan Cina dipakai untuk uang atau segala sesuatu yang melebihi jumlah lapisan wafer Tango. (Berapa lapis? Ratusan. Lebih)

Jadi sebetulnya budaya Korea banyak yang mencontoh budaya Cina. Hal ini dikarenakan jaman dahulu, kerajaan Goguryeo merupakan kerajaan di bawah pengaruh kerajaan Cao-Wei jaman tiga kerajaan di Cina (Shu, Wei dan Wu). Kerajaan Goguryeo kemudian runtuh dan bertahun-tahun kemudian bangkit lagi dengan nama Kerajaan Goryeo yang kemudian menjadi cikal bakal nama Korea.

Ini adalah materi kuliah singkat yang diberikan oleh Bujangnim saat kita bersosialisasi di tempat 2-cha. Ia melanjutkan bahwa Korea adalah negara yang bulssanghada (kasihan) karena jadi bawahan China, kemudian dijajah Jepang, dan akhirnya terpecah jadi dua lewat perang saudara yang dipelopori kekuatan asing.

Pembicaraan kita menyambung ke arah sini karena sewaktu 2-cha kita ngobrol tentang video game dan kebetulan game yang sedang saya mainkan adalah Romance of the Three Kingdoms. Jadi akhirnya nyambung sampai kuliah singkat tersebut.

Anyway, kembali ke topik brosur tadi. Sewaktu saya melewati tempat operasionalnya, saya melihat semacar daftar harga yang dipajang menggunakan tiang iklan. Satu jam 50.000 won (Rp.400.000).

Jauh lebih murah daripada 10 juta.