Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (7–bersambung)

Beberapa hari yang lalu, saya dan beberapa orang kantor pergi untuk “bersosialisasi” sambil pesta miras dan ayam goreng setelah kerja lembur di kantor (padahal besoknya masih hari kerja). Untuk melangsungkan aksi haram tersebut, kami pergi ke restoran ayam di lantai bawah gedung kantor. Peserta aksi termasuk saya, isanim (nama jabatan 5 tingkat hirarki di atas), 2 orang bujangnim (4 tingkat) dan seorang derinim (1 tingkat).

Pembicaraan awal sangat wajar, masih berputar sekitar pekerjaan dan kehidupan kantor. Dua ekor ayam kemudian, Isanim bertanya kepada saya : Di kantor kita, siapa cewek yang paling cantik? Setelah malu-malu sebentar, saya jawab nama si cewek_manis_kantor#2 yang sudah promosi jadi cmk#1 karena cmk#1 sebelumnya sudah resign. Jawaban saya langsung disambut dengan anggukan-anggukan dan ucapan “맞아, 맞아 (yoi, yoi)”. Bujangnim kemudian menimpali “Kakaknya pramugari Korean Air lho.” Wah. cmk#1 memang idola setiap pria di kantor.

Beberapa pitcher bir kemudian, kami pun pulang menuju stasiun metro. Di perjalanan menuju stasiun, kami bertemu dengan mbak_admin#1 yang baru pulang lembur. Langsung saja Isanim berinisiatif untuk melanjutkan acara 2-cha (sosialisasi  tahap 2) yang diikuti susunan peserta awal ditambah ma#1.

Saya pernah menulis di Kegiatan di seoul#3 tentang selebaran pijat pria di daerah tempat tinggal saya. Ternyata lokasi 2-cha melewati bangunan tempat bisnis yang ditunjukkan brosur tersebut beroperasi. Di depan bangunan ada seorang lelaki yang berdiri sambil menawarkan brosur yang sama ke orang-orang yang lalu-lalang. Sewaktu isanim dan bujangnim berjalan melewati lelaki tersebut, ia langsung menggandeng tangan mereka dengan gaya dan determinasi persis tukang jual DVD porno bajakan di daerah Glodok dan Mangga Dua.

“Barang baru bos!”, “Jepang punya bos! no ban  tiga.”

Pembaca : Sering mampir ya lu, Tom?

Nggak kok. Ada. anu. temen. cerita.

Btw, no ban itu dua puluh ribu kan ya? Jadi teringat dulu sewaktu SD tinggal di Pontianak menghitung 1 sampai 10 memakai bahasa Cina Pontianak. Tiociu atau apa ya, lupa saya. Tapi hitungannya masih ingat sampai sekarang : cek, no, sa, si, ngou, lak, cit, pot, kau, cap. Terus cap cek, cap no, dan seterusnya. Itu maksudnya no disitu sama dengan no bahasa Cina Pontianak bukan sih? Bingung saya. Lagipula ternyata bahasanya beda dengan bahasa Mandarin.

Metode hitung Korea juga mengadopsi Mandarin. Jadi di Korea ada dua macam metode hitung, Korea dan Cina. Kalau angka asli Korea dipakai untuk umur atau berapa buah. Pokoknya untuk angka yang kecil-kecil, sedangkan Cina dipakai untuk uang atau segala sesuatu yang melebihi jumlah lapisan wafer Tango. (Berapa lapis? Ratusan. Lebih)

Jadi sebetulnya budaya Korea banyak yang mencontoh budaya Cina. Hal ini dikarenakan jaman dahulu, kerajaan Goguryeo merupakan kerajaan di bawah pengaruh kerajaan Cao-Wei jaman tiga kerajaan di Cina (Shu, Wei dan Wu). Kerajaan Goguryeo kemudian runtuh dan bertahun-tahun kemudian bangkit lagi dengan nama Kerajaan Goryeo yang kemudian menjadi cikal bakal nama Korea.

Ini adalah materi kuliah singkat yang diberikan oleh Bujangnim saat kita bersosialisasi di tempat 2-cha. Ia melanjutkan bahwa Korea adalah negara yang bulssanghada (kasihan) karena jadi bawahan China, kemudian dijajah Jepang, dan akhirnya terpecah jadi dua lewat perang saudara yang dipelopori kekuatan asing.

Pembicaraan kita menyambung ke arah sini karena sewaktu 2-cha kita ngobrol tentang video game dan kebetulan game yang sedang saya mainkan adalah Romance of the Three Kingdoms. Jadi akhirnya nyambung sampai kuliah singkat tersebut.

Anyway, kembali ke topik brosur tadi. Sewaktu saya melewati tempat operasionalnya, saya melihat semacar daftar harga yang dipajang menggunakan tiang iklan. Satu jam 50.000 won (Rp.400.000).

Jauh lebih murah daripada 10 juta.

9 thoughts on “Kegiatan-kegiatan selama kerja di Seoul (7–bersambung)”

  1. Halllllooooo… mau tanya di korea ada universitas-universitas yang nerima transfer dari D3 ke S1 ga?terimakasih dan mohon bantuannya:)

    Like

Leave a reply to abanggultom Cancel reply