Sebelum membaca tulisan ini, saya ingin mengajak kita semua: Mari, bersama kita doakan agar negara Amerika Serikat dapat segera keluar dari resesi ekonomi sehingga nilai tukar USD terhadap KRW (Korean Won) semakin menguat. Terlebih lagi sebelum tanggal 20 setiap bulannya. Amin.
Kebetulan juga di gereja tempat saya sekarang, BIC (Bethel International Church) Korea, setiap minggu ada doa untuk bangsa (ngomongin gereja? wah. konten blognya #kristenisasi nih #fentung #instafood #koreaholic #ani_yudhoyono). Mudah-mudahan minggu-minggu ini giliran Pray for USA. By the way, kalau tinggal di Seoul dan belum bergereja, bergabunglah bersama kami. Gerejanya dekat dengan Myong Dong!! Sumpe lo? Eh sumpe de gue, (apa sih ini).
Anyway, saat mengurus tax return untuk periode tahun 2013 beberapa hari yang lalu, saya mendapati pemasukan saya berkurang cukup drastis karena nilai tukar KRW yang terus menguat terhadap USD yang menjadi mata uang pembayaran gaji saya (ehm ehm, ladies *wink). Untungnya kontrak kerja saya hanya tersisa satu setengah bulan lagi dan poin ini akan menjadi salah satu pertimbangan saya saat negosiasi perpanjangan kontrak. Saya ingin digaji dengan KRW. Saya cinta KRW. 사. 랑. 해. 요. 한. 국. 돈!!

Eh, sebentar. Kontrak kerja tinggal satu setengah bulan lagi, ya? O Mai Gat! Sudah lebih dari empat tahun belum pernah pulang-pulang akhirnya pulang juga. BAWA DUIT!! Yay~
Setelah menghabiskan hampir lima bulan mempelajari lagu-lagu gubahan J.S. Bach (Musette, Musette Waltz, Prelude in C, Jesus, Joy of Men Desiring dan Air on G String) , akhirnya seminggu yang lalu guru piano saya memutuskan untuk mulai mengajar lagu dari komposer lain. Akhirnya! Ludwig van Beethoven!
Setelah itu, dia pun mulai memainkan “Moonlight Sonata” gubahan Beethoven.
Perlu diketahui bahwa guru piano saya ini seorang concert pianist dengan gelar PhD in Piano Performance dari Indiana University. So, he is good. Saya sudah sering mendengar dia mendemonstrasikan kepada saya cara memainkan lagu-lagu gubahan Bach walaupun, memang sih, notasinya sedikit disesuaikan dengan kemampuan pianist pemula. Jadi bukan benar-benar versi aslinya. Saya juga sudah sering mendengarkan “Moonlight Sonata” di youtube. Bisa dibilang, saya tahu musik seperti apa yang akan saya dengar. Tapi ketika dia mulai memainkan Moonlight Sonata, hanya ada satu kata.
Beautiful (sok British).
Beethoven memang lebih pancen oye daripada Oskadon! Lebih baik dari Hit! Lebih cinta mama daripada On Clinic!
Selain itu juga, tahun lalu, saya mendapat tiket gratis dari teman PERPIKA untuk menonton KBS Orchestra yang salah satu programnya adalah Movement ke 4 dari Beethoven Symphony no 9. “Ode to Joy”. Luar biasa indah.
Karena saya ingin mendengarkan seluruh Symphony no 9 (S9), saya kemudian berlangganan newsletter dari Seoul Philharmonic Orchestra (SPO) supaya kalau ada konser S9, saya bisa nonton secara langsung. Benar saja, konser akhir tahun SPO adalah S9 tapi ternyata tiket sudah habis dari satu bulan sebelumnya. Sayang sekali.
Tapi, ada untungnya juga saya berlangganan newsletter karena bulan lalu saya mendapat info kalau untuk hari Valentine, SPO akan memainkan dua program yaitu Mozart Flute and Harp Concerto dan Rachmaninoff Symphony No.2.
http://www.seoulphil.or.kr/en/perform/concert/detail.do?idx=680
Tanpa pikir panjang, saya langsung membeli tiketnya. Benar saja, hanya tersisa satu pasang kursi yang bersebelahan. Saya membeli dua tiket. Dua tiket? Yup.
Sebenarnya sejak Desember tahun lalu, saya mempunyai ketertarikan terhadap seseorang walaupun sampai sekarang belum berani PDKT. Saya kan orangnya pemalu :”> Rencananya sih, saya ingin mengajak untuk menonton konser ini bersama-sama. Rencananya.
Sekilas mengenai kedua program tersebut: Mozart Flute and Harp Concerto (K299) adalah concerto flute pertama yang saya dengar setelah menonton film “Amadeus” biopic kehidupan Mozart. K299 movement ke-2 adalah salah satu sound track film tersebut. Keindahan concerto ini adalah salah satu penyebab saya mencintai dan akhirnya belajar memainkan flute.
Program ke-2, yaitu Rachmaninoff, Symphony no 2. One of the most romantic symphony ever written. Apalagi di detik 00:32 saat clarinet mulai solo. Dengarkan sajalah.
Sayangnya, walaupun belum sempat mengajak untuk nonton bareng saya tahu kalau ternyata memang tidak bisa nonton bareng karena satu dan lain hal.
Yah, penonton sangat kecewa. Aksi anarkis, stadion dirusak, ban dibakar di tengah jalan, aksi teatrikal. Tapi apa boleh buat, akhirnya saya mengajak salah satu teman Korea saya yang cewek (masak ngajakin cowok) yang juga pecinta orchestra dan pemain piano dan violin di gerejanya. Untungnya dia mau. Sip lah, setidaknya saya tidak menonton konser romantis ini sendirian.