Tom habis beli kulkas

Sekarang jam 20:30 dan kepala saya pusing setengah mati. Saya berusaha untuk tidur tapi jantung berdegup terlalu kencang. Mungkin karena kopi. Sejak beli kulkas portabel dua minggu yang lalu saya jadi keranjingan dengan ramuan kopi instan coffemix plus susu cair ultramilk plus es batu. Coffeemix plus air panas sedikit saja sampai serbuknya larut, kemudian ditambah susu sampai setengah gelas dan terakhir es batu. Gelasnya bekas selai sarikaya yang ada alur tutupnya ala-ala kedai teh tarik. Ngomong-ngomong, saya baru tahu ternyata selai sarikaya tidak terbuat dari buah srikaya. Yup. Mungkin hanya saya yang berpendapat demikian. Liburan natal tahun lalu, Mama membuat sendiri selai sarikaya yang ternyata bahan utamanya adalah santan, gula dan telur. Rasanya jauh jauh jauh lebih enak dari yang dijual di minimarket.

Kulkas portabel yang saya beli adalah Toshiba Glacio XD7. Saya beli di tokopedia karena di sana ada penjual yang mencantumkan nomor handphone dan bisa COD (Cash On Delivery). Sejauh ini lumayan memuaskan walaupun memang sedikit berisik. Tujuan utama saya membeli kulkas adalah untuk menyimpan buah-buahan karena metabolisme bapak-bapak berusia 30 tahun seperti saya membuat penumpukan lemak di daerah perut semakin jelas.

Untuk mengurangi timbunan lemak, saya juga makin sadar dengan asupan kalori saya. Satu sachet coffemix 150 kalori. WTF! Untuk membakar 150 kalori itu memerlukan waktu 15 menit lari di treadmill dengan kecepatan rata-rata 8 km/jam. WTF! Jadi untuk mengurangi lemak, sebenarnya jauh lebih efektif dengan mengatur pola makan daripada dengan olahraga.

Saya berencana untuk membeli buah-buahan dari pasar Mencos yang berada di dekat kos. Salah satu hal yang mungkin dapat menjadi hambatan adalah proses tawar-menawar. Saya tidak ahli. Karena itu, saya mencoba untuk meminta bantuan dari Nari, pacar saya.

Minggu sore, saya dan Nari pergi menuju pasar. Sebelum belanja, kami membekali diri dengan kisaran-kisaran harga dari situs pasarminggu.co. Pisang cavendish 500g harganya 11.500. Pepaya California 17.000. Mindset kami adalah “yang penting lebih murah dari harga supermarket”. Rencana awal adalah mendatangi beberapa toko untuk tolak ukur harga. Setelah makan mie Aceh super asin di dekat pasar, kami pun siap. (Serius, mi Aceh nya asin banget. Dua pesanan dia masak dua kali, jadi ga ada alasan masaknya salah. Emang se-asin itu.)

Okey. showtime. Kami masuk ke toko pertama. Buah-buahannya banyak. Saya mendorong-dorong Nari dari belakang sambil mengangkat dagu ke arah pisang dengan maksud tersirat yaitu “Nari sayang, minta tolong dong tanyain harga pisang. Aku ga ngerti cara nawarnya~”

Nari mengangguk mengerti walaupun mungkin bagian sayang-sayangannya tidak tersampaikan sempurna.

“Pisang berapa bang?” tanya Nari.

“17.000 sekilo.”

“Hmm” tanggap saya seraya mengangguk dan membolak-balik pisang seakan-akan saya tahu membedakan kualitas pisang di luar dua hal yaitu kuning dan mulus.

Dagu pun beraksi lagi. Kali ini ke arah pepaya.

“Paya nya berapa bang?” tanya Nari, kekasih hati saya.

“10 ribuan sebiji.”

“Hooo”, jawaban saya sambil mengangguk-angguk lagi.

“Gimana?” tanya Nari.

Saya hanya mengangkat bahu tanda pasrah. Ya udah sih, hasilnya sesuai dengan obyektif awal. Lebih murah dari pasarminggu.co dan supermarket.

Kami pun menawar untuk formalitas dengan antusiasme karyawan bank hari Rabu sore. Abang penjual buah tidak bergeming. Akhirnya kami membeli pisang sekilo dan sebuah pepaya dengan harga awal.

Di perjalanan pulang, saya berkomentar, “Kita ga nanyain tempat lain.”

“iya”, sahut Nari.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s